Sejarah dan Manfaat Tanaman Teh untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui Banyak Orang
Sejarah Singkat Tanaman Teh
Tanaman TEH termasuk Genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan khatulistiwa.Tanaman teh, selain dikonsumsi sebagai minuman penyegar, Genus Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias.
Tanaman teh berasal dari wilayah perbatasan negara- negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta.
Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.
Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas.
Manfaat Tanaman Teh untuk Kesehatan
Pada tahun 1962, Organisasi kesehatan Dunia (WHO) di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan adanya peningkatan kasus kerusakan gigi, penyakit pada sistem pencernaan dan kropos pada tulang manusia yang disebabkan oleh kurang tersedianya sumber air bersih, serta akibat peningkatan konsumsi bahan pengawet dan gula.Berdasarkan laporan tersebut, PBB melakukan program penambahan klorin dan flour pada air bersih. Program tersebut telah membuahkan hasil di kota besar negara maju yang memiliki teknologi air bersih, namun belum menyentuh masyarakat yang hidup di kota- kota kecil negara berkembang.
Teh memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan klorin dan flour. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh disamping sebagai bahan minuman, sifat antiseptik pada teh dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi, tenggorokan, menjaga keseimbangan mikroflora sistem pencernaan dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang.
Pada dekade 70-an dan 80-an, dunia diguncang oleh laporan adanya peningkatan drastis kasus penyakit jantung dan kanker, sebesar 3-5% per tahun.
Berbagai negara mengalokasikan dana yang sangat besar untuk penelitian terhadap semua kasus tersebut. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan bahwa teh merupakan minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi risiko kejangkitan dan menghambat pertumbuhan kanker.
Dengan ditemukannya berbagai khasiat yang terkandung pada teh maka pada akhir dekade 90- an, PBB memberi bantuan kepada 30 negara penghasil teh untuk melakukan program promosi teh dalam rangka meningkatkan konsumsi teh dunia.
Di Indonesia sendiri, program ini dilakukan di kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur.
Polifenol untuk Kesehatan yang Terkandung pada Teh
Polifenol adalah zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan atau tanaman (salah satunya pada tanaman teh). Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol inilah yang memberi warna pada suatu tumbuhan.Polifenol dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh, sehingga jika seseorang mengkonsumsi tanaman atau tumbuhan yang mengandung polifenol dalam jumlah yang cukup, maka akan bisa melindungi sel-sel tubuhnya dari kerusakan akibat radikal bebas.
Jenis-jenis polifenol pada teh yang telah teridentifikasi dan tingkat kandungan rata-ratanya
- Katekin: 63 - 210 mg%
- Flavanol: 14 - 21 mg%
- Tearubigin: 0 - 28 mg%
- Polifenol lainnya: 266 - 273 mg%
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain.
Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60%, sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k.
Khasiat Polifenol pada Teh untuk Kesehatan
- Anti oksidan
- Mencegah pembentukan radikal (bebas) oksigen dalam tubuh
- Melindungi lemak dalam plasma darah
- Melindungi kerusakan minyak dan lemak makan, dapat digunakan sebagai pewarna alami
- Anti radiasi
- Anti mutasi gen
- Anti tumor
- Menekan pertumbuhan sel tumor
- Menekan pemrosesan bentuk tumor
- Menekan kanker payudara yang tumbuh spontan
- Menghambat aktivitas enzim: beberapa enzim yang terbukti dihambat adalah:
Enzim angiotensin I, Amilase, Sukrase dan maltase, Enzim glucosy I transferase pada mutan streptokokus, Enzim pemacu HIV, Enzim tyrosinase - Anti peningkatan kolestrol
- Anti peningkatan tekanan darah
- Anti peningkatan kadar gula darah
- Anti koreng
- Anti bakteri
Komponen Lain yang Terkandung pada Teh yang Berkahsiat untuk Kesehatan
Teh selain mengandung polifenol hingga 25 - 35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain: metilxantin, asam amino, peptides, karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain.